Home / Opini

Rabu, 5 November 2025 - 08:31 WIB

Soal Jalan Khusus Batu Bara, Publik Hanya Mengkritik, Bukan Beragenda

Dr. Noviardi Ferzi

Dr. Noviardi Ferzi

Oleh : Dr. Noviardi Ferzi | Pengamat Ekonomi, Sosial dan Politik

NALAR publik seolah ingin dibodohi dengan pernyataan penolakan investasi jalan khusus batu bara di Jambi semata-mata karena ada “agenda tersembunyi”. Jangan-jangan yang mendukung punya agenda tersembunyi. Siapa sih yang tak tergoda untuk berteman dengan kapitalis, meski sebenarnya tak begitu peduli pada mereka yang mendukung, sedikit dirangkul juga karena ada yang mengkritik.

Kritik merupakan substansi dari kegelisahan publik. Karena dalam konteks tata kelola investasi modern, kritik maupun kehati-hatian masyarakat bukanlah sesuatu yang harus dicurigai, tetapi justru merupakan bagian dari mekanisme kontrol publik agar kepentingan umum tidak dikorbankan oleh motif ekonomi jangka pendek.

Baca Juga  Tegas Larang Angkutan Batu Bara Melewati Jalan Nasional, Al Haris Terbitkan Instruksi Gubernur dan Janjikan BLT

Masyarakat berhak mempertanyakan dampak lingkungan, kerentanan sosial, dan tata kelola transparansi sebelum proyek dikerjakan. Jalan khusus batu bara bukan proyek tanpa risiko: arus truk berat, polusi debu, kerusakan ekosistem, potensi konflik lahan, dan ketidakjelasan distribusi manfaat ekonomi adalah realitas yang sering muncul di banyak daerah penghasil komoditas.

Jadi, keberatan masyarakat justru bisa dibaca sebagai bentuk perlindungan dini agar dampaknya tidak jatuh kepada mereka di ujung proses ketika semuanya sudah terlaksana dan sulit ditarik mundur.

Mengatakan bahwa karena proyek ini dibiayai swasta maka otomatis aman juga terlalu menyederhanakan. Skema pembiayaan tidak menghapus kewajiban keterbukaan dan mitigasi dampak. Investor tetap wajib menjelaskan rencana kompensasi, keterlibatan masyarakat, parameter AMDAL, serta mekanisme pengawasan publik.

Baca Juga  Warga Aurkenali dan Mendalo Doa Bersama Menolak Stockpile

Apalagi pengalaman di banyak daerah menunjukkan bahwa kenaikan harga tanah serta peluang kerja tidak selalu dirasakan merata; manfaat ekonomi sering terkonsentrasi pada segelintir pemilik modal dan elite lokal, sementara kerusakan lingkungan dibayar oleh masyarakat luas. Justru karena proyek belum dibangun, maka wajar apabila publik mulai menyampaikan kehati-hatian.

Kritik pra-pembangunan bukan “agenda tertentu”, tetapi instrumen akuntabilitas. Dalam sistem demokrasi dan investasi yang berkeadaban, ruang kritik dan keberatan masyarakat harus dihormati sebagai bagian dari proses memastikan bahwa pembangunan – meskipun digerakkan investor – tetap tunduk pada norma tata kelola, keterbukaan, dan keadilan sosial.

Baca Juga  Gelar Pahlawan Nasional untuk Pak Harto

Pada titik ini, narasi tudingan “ada agenda di balik penolakan” lebih berbahaya daripada kritik itu sendiri, karena berpotensi men-stigma masyarakat sebagai pihak berkepentingan, padahal yang terpenting justru menjawab dulu seluruh keraguan publik secara transparan.

Setelah itu, pertanyaan tentang siapa yang punya agenda menjadi tidak relevan. Sebab investasi tanpa dialog publik yang sehat pasti tidak bisa menumbuhkan kepercayaan; sebaliknya, justru akan menumbuhkan kecurigaan. Publik itu mengkritik, bukan beragenda. ***

 

Share :

Baca Juga

Opini

Isi Tas, Isi Otak, Meraung dan Beriba Iba serta Maulana – Diza Deklarasi Segera…

Opini

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi Jambi

Opini

Industri Hulu Migas Harus Bermanfaat untuk Rakyat

Opini

Kebangkitan Politik Keluarga Nurdin Hamzah Lewat Diza Aljosha Hazrin

Opini

Membangun Visi Indonesia Emas 2024, Peran Mahfud MD Cawapres Ganjar Pranowo

Opini

Penyebab Banjir di Kerinci dan Sungai Penuh, dari Fenomena El Nino, Sedimentasi hingga Semrawutnya Pengelolaan Sampah

Opini

Kilas Balik Perjuangan Bambang Bayu Suseno: Melawan Anomali di Pilkada Muaro Jambi 2024

Opini

Indeks Daya Saing Daerah Provinsi Jambi Meningkat, Jalur Menuju Pertumbuhan Ekonomi Cepat dan Berkelanjutan