Home / Opini

Rabu, 10 Januari 2024 - 15:45 WIB

Penyebab Banjir di Kerinci dan Sungai Penuh, dari Fenomena El Nino, Sedimentasi hingga Semrawutnya Pengelolaan Sampah

Oleh: Yazzer Arafat ST MT
Alumni Pasca Sarjana Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
dan Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Provinsi Jambi

BANJIR yang terjadi saat ini di beberapa wilayah di Indonesia akibat tingginya intensitas curah hujan harian, rata-rata > 100 mm/hari atau > 20 mm/jam, dengan durasi waktu melebihi 3 jam. Dalam kondisi itu mengakibatkan terjadinya genangan air di beberapa tempat, bahkan mengakibatkan banjir yang sangat besar apabila suatu daerah memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar, serta memiliki topografi dengan kemiringan bervariasi.

Banjir yang terjadi saat ini di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, sejak 1 Januari 2024, merupakan dampak yang terjadi akibat tingginya intensitas curah hujan. Daya dukung dan daya tampung beberapa sungai di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh tidak sanggup menambung debit air yang ada.

Sebelum terjadinya intensitas curah hujan yang cukup tinggi, kita mengalami fenomena El Nino. El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik, sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia. Dengan demikian, El Nino bisa mengakibatkan kondisi kekeringan secara umum di Indonesia.

Dampak dari perubahan iklim dari fenomena El Nino ke musim hujan, menyebabkan partikel-partikel tanah dan pasir mudah terbawa air menuju anak-anak sungai dan sungai utama. Pada skala tertentu, banjir masih dapat ditoleransi kejadiannya, selagi tidak mengganggu kegiatan manusia (Saihul Anwar,2009).

Perkembangan jumlah penduduk dan kebutuhan sarana prasarana sebagai tempat melakukan aktifitas, menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan (land cover). Alih fungsi lahan yang tidak terencana dan tidak terkendali, menyebabkan lahan parkir banjir satu satu hilang, sehingga air merambah ke permukiman penduduk, terutama daerah yang relative landai.

Baca Juga  Mobil Rescue Dinsos Terbalik Saat Bawa Bantuan Banjir, Begini Ceritanya…

Sebaliknya, apabila daerah yang memiliki tofograpi bervariasi mengandung sejumlah besar batuan dan kerikil bercampur partikel tanah, akan menimbulkan longsor pada tebing-tebing sungai dengan run-off bertekanan dan kecepatan luar biasa. Itu dapat menyebabkan gerusan pada tebing sungai dan merobohkan bangunan di atasnya.

Fenomena banjir di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh awal 2024 memberi kepedihan bagi masyarakat terdampak. Banjir dapat terjadi kapan dan di mana saja. Untuk dapat mengidentifikasi resiko banjir yang berpengaruh pada manusia dan lingkungan, perlu diketahui penyebab terjadinya.

Banjir dan kekeringan masalah yang saling berkaitan dan datang saling menyusul. Semua faktor yang menyebabkan kekeringan akan bergulir menyebabkan terjadinya banjir (Maryono, 2005).

Lebih lanjut, Siswoko (2002) menyatakan, beberapa faktor penyebab banjir yaitu adanya interaksi antara faktor penyebab bersifat alamiah. Dalam hal ini kondisi dan peristiwa alam serta campur tangan manusia yang beraktivitas pada daerah pengaliran.

Beberapa fakta yang tidak bisa dipungkiri, saat ini potret banjir yang terjadi di Kerinci dan Sungai Penuh merupakan suatu kesatuan utuh suatu wilayah topograpi (bukan adminstratif), dengan daerah aliran sungai yang sangat banyak. Di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh (sebelum pemekaran), memiliki 8 sungai besar dan 88 anak sungai. Ketika terjadi intensitas curah hujan sangat lebat (ekstrem), di hulu akan terjadi longsoran di tebing-tebing sungai serta membawa sedimen (sediment transport) ke arah hilir.

Di bawah ini saya tampilkan topografi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh secara 3D (tiga dimensi).

Dari gambar 3D tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh berada di sekeliling Bukit Barisan. Potensi aliran air dari anak-anak sungai akan menuju ke sungai utama (Sungai Batang Merao), dan semua aliran sebagian dari anak-anak sungai menuju ke Danau Kerinci atau Sungai Batang Merao.

Baca Juga  Al Haris Pantau Kondisi Korban Banjir, Antar Bantuan ke Rumah-rumah

Ketika daya dukung dan daya tampung Sungai Batang Merao tidak mampu menampung aliran air hujan yang mengalir dari anak-anak sungai, air sungai akan melimpah ke daerah bantaran sungai, bahkan ke sempadan sungai, dan bahkan lebih luas lagi.

Untuk itu kedepannya perlu dilakukan kajian, terkait daya dukung dan tampung Sungai Batang Merao dalam upaya mengurangi dampak banjir. Untuk menghilangkan banjir seutuhnya tidak dapat dilakukan sepenuhnya, namun mengurangi luas genangan dan lamanya genangan dapat dilakukan.

Selain secara alamiah karena topograpi dan geologisnya sebagai faktor penyebab banjir di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, penebangan liar yang terjadi di hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), serta penambangan Galian C yang tidak terencana dan terkendali membuat sungai mengalami sidementasi sangat tinggi.

Hal ini dapat dilihat pada beberapa lokasi bendungan di Siulak Deras dan Bendung Kasigi di Koto Majidin, sehingga menyebabkan elevasi dasar sungai menjadi tinggi.

Selain itu erosi akibat kemiringan tanah yang curam di tebing sungai menjadi pemicu deposit sedimentasi di sungai, sehingga di beberapa tempat alur sungai yang berada pada tikungan dalam, terjadi penumpukan sedimentasi yang membuat palung sungai dan bantaran sungai tertutup.

Mirisnya, kenyataan di lapangan, hasil identifikasi yang dilakukan pada 5 Januari 2024, sedimentasi dibuat sebagai tempat untuk mendirikan bangunan, seperti warung, parkir, gudang kayu dan lain-lain. Bahkan ada Dinding Penahan Tanah (DPT) yang dibuat di depan/di atas tumpukan sedimentasi yang sudah mengeras.

Selain faktor-faktor tersebut, sebagai pemicu terjadinya banjir di 2 wilayah di Provinsi Jambi itu, persoalan sampah tidak bisa diabaikan, karena sampah yang hanyut terbawa aliran sungai menyebabkan berkurang/menghambat aliran air mengalir. Sampah-sampah terhambat di bawah jembatan (dileger) akan melimpahkan aliran ke area tertertentu (jalan, permukiman).

Baca Juga  Pemkab Tanjungjabung Timur Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Rantau Makmur

Saat ini, sampah yang dihasilkan Kota Sungai Penuh mencapai 25-30 ton/hari. Produksi sampah di Kabupeten Kerinci 120 ton/hari. Maka total sampah yang diproduksi dari 2 wilayah itu 150 ton/hari.

Kedua wilayah ini belum memiliki sistim pengelolaan sampah TPA yang resmi, ataupun TPA Regional, untuk melakukan pengelolaan sampah Sistim 3R (Reduce, Recycle dan Reuse).

Dari beberapa ulasan dan hasil identifikasi di lapangan, beberapa hal perlu dilakukan. Upaya secara komprehensif dan melibatkan semua stakeholder terkait, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota adalah:

A. Secara struktural
• Melakukan peninjauan kembali perizinan bagi pengusaha penambang Galian C, sehingga memiliki pola yang terencana dan terkendali dalam melakukan eksploitasi Galian C
• Upaya reboisasi untuk mengembalikan fungsi hidrogis DAS yang telah mengalami deforestasi.
• Memperbaiki sistim drainase lingkungan maupun drainase perkotaan
• Meriview Perencanaan Sungai Batang Merao 2017
• Membangun kolam-kolam retensi pada daerah parkir air
• Mengurangi betonisasi/aspal pada permukaan jalan lingkungan, sebaiknya menggunakan paving blok yang dapat menyerap air hujan.
• Melakukan normalisasi sungai yang mengalami pendangkalan/penyempitan, namun tetap harus melakukan kajian terlebih dahulu
• Membangun TPA sampah secara regional maupun mandiri

B. Secara Non Struktural
• Pengaturan Tata Guna Lahan dengan menerapkan berdasarkan RTRW
• Pengendalian pengembangan permukiman; upaya pemindahan lokasi bangunan beresiko tinggi, peningkatan elevasi lantai bangunan di atas peil banjir dll.
• Peramalan dan Peringatan Dini Banjir
• Pemberdayaan masyarakat dengan membangun kepedulian masyarakat untuk mengetahui tindakan yang dilakukan secara efesien.

Share :

Baca Juga

Opini

Program Inklusif Berorientasi Kesehatan Masyarakat

Opini

Bukan Romi, Lawan Berat Al Haris Justeru Fadhil

Opini

Mahasiswa Tanah Sekudung Minta Pj Bupati Kerinci Dievaluasi atau Dicopot

Opini

Pemimpin dari Kalangan Pengusaha : Bisakah Mereka Lebih Memahami Masalah Rakyat?

Opini

Pemprov Jambi dan Dinamika Persoalan Batubara 2010 – 2024

Opini

BATU BARA: Menggugat Keadilan dan Kebijakan SDA Jambi
Budi Setiawan

Opini

Saya Budi, Terima Kasih Warga Jambi, Terima Kasih Airlangga

Opini

Ibadah Haji: Perjuangan Spiritual Mengenal Allah