JAMBIBRO.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Harga Konsumen (IHK), yang secara bulanan di Provinsi Jambi pada Januari 2024 mengalami inflasi 0,83% (mtm).
Capaian itu masih terkendali sesuai sasaran target inflasi 2024 di 2,5% ± 1%. Nilai tersebut lebih tinggi dibanding laju inflasi nasional 0,04% (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Warsono menyebut, inflasi Provinsi Jambi disumbang oleh daging ayam ras, beras, ikan serai, tomat dan kentang.
Secara tahunan, Provinsi Jambi mencatat inflasi 2,99% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang berada di angka 2,57%.
Peningkatan harga komoditas penyumbang inflasi, khususnya daging ayam ras, terjadi seiring meningkatnya harga jagung, bahan baku utama pakan ayam pedaging.
Tingginya curah hujan di Jambi dan peningkatan debit air dari Sumatra Barat, menyebabkan meluapnya Sungai Batanghari dan banjir di sebagian besar kabupaten/kota.
Banjir berdampak pada terganggunya sentra produksi dan distribusi kelompok makanan, seperti beras, tomat dan kentang.
Selain itu, banjir juga mengganggu stabilitas pasokan ikan serai, yang berdampak pada peningkatan harga.
Di sisi lain, inflasi lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah, dan bensin.
Penurunan harga bensin disebabkan kebijakan penyesuaian harga BBM non-subsidi oleh Pertamina, yang turun Rp450 hingga Rp1.100 per liter.
Peningkatan intensitas sidak harga dan operasi pasar oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah, tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, diikuti penyaluran subsidi ongkos angkut, meningkatkan pasokan di lapangan, menahan harga komoditas cabai merah dan bawang merah.
Rincian perkembangan inflasi di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut:
Kota Jambi:
Bulanan: inflasi 0,68% (mtm)
Tahun Berjalan: inflasi 0,68% (ytd)
Tahunan: Inflasi 2,65% (yoy)
Daging ayam ras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar di Kota Jambi, dengan andil 0,27%.
Diikuti komoditas lain, seperti cabai merah (0,11%), tomat (0,08%), tahu mentah (0,04%) dan kentang (0,04%).
Di sisi lain, inflasi lebih tinggi tertahan oleh penurunan bensin (andil -0,03%), diikuti beras (-0,02%), ikan dencis (-0,02%), ikan nila (-0,02%) dan minyak goreng (-0,02%).
Kabupaten Bungo:
Bulanan: inflasi 0,54% (mtm)
Tahun Berjalan: inflasi 0,54 % (ytd)
Tahunan: inflasi 2,42% (yoy)
Di Kabupaten Bungo, daging ayam ras juga merupakan komoditi penyumbang inflasi terbesar, dengan andil 0,12%.
Diikuti komoditas lain, yaitu tomat (0,11%), jengkol (0,10%), emas perhiasan (0,06%) dan ikan cakalang/ikan sisik (0,02%).
Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga cabai rawit (-0,11%), cabai merah (-0,04%), bawang merah (-0,04%), telur ayam ras (-0,04%) dan ikan tongkol/ikan ambu-ambu (-0,03%).
Kabupaten Kerinci:
Bulanan: inflasi 1,48% (mtm)
Tahun Berjalan: inflasi 1,48% (ytd)
Tahunan: inflasi 4,47% (yoy)
Adapun untuk Kabupaten Kerinci, beras merupakan komoditi penyumbang inflasi terbesar, dengan andil 0,70%.
Diikuti komoditas lain, yaitu daging ayam ras (0,51%), ikan serai (0,49%), jengkol (0,20%) dan wortel (0,16%).
Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga cabai merah (-0,71%), bawang merah (-0,21%), buncis (-0,09%), tahu mentah (-0,08%) dan cabai rawit (-0,07%).
Kedepan, tekanan inflasi masih harus diwaspadai, seiring masih terjadinya banjir dan peningkatan debit air di sepanjang Sungai Batanghari, serta berlanjutnya penyesuaian harga rokok akibat peningkatan tarif cukai hasil tembakau (CHT).
Inflasi juga diprakirakan masih terjadi, seiring peningkatan permintaan komoditas angkutan udara dan bahan pangan, sejalan dengan adanya beberapa hari libur nasional, seperti Isra Miraj, Tahun Baru Imlek, dan Pemilu 2024.
Untuk memitigasi risiko, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi terus melanjutkan sinergi dengan pemerintah daerah, melalui TPID dan Tim Satgas Pangan.
Selain itu, dilanjutkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif terkait perkembangan inflasi. | DIA
Editor : Doddi Irawan