Pasar Rakyat Aurduri | alun
JAMBIBRO.COM – Menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak, 27 November 2024, harga barang kebutuhan pokok di Kota Jambi merambat naik. Kondisi itu membuat para pedagang mengeluh.
Dari penelusuran di Pasar Rakyat Aurduri, Kelurahan Aur Kenali, Kecamatan Telanaipura, menurut para pedagang harga sembilan bahan pokok (sembako) akhir-akhir ini tidak menentu.
Sejumlah pedagang mengungkapkan, saat ini harga sembako tidak bisa dipastikan. Setiap hari berubah. Perubahan harga terjadi mengikut pasokan barang yang masuk ke Pasar Aurduri.
Naiknya harga sembako dipastikan akibat sulitnya para pedagang mendapatkan pasokan barang. Dampak kenaikan harga itu berimbas pada daya beli masyarakat.
Kenaikan harga antara lain terjadi pada bawang merah, beras, daging sapi, daging ayam, minyak goreng dan telur ayam. Bawang merah yang awalnya hanya 20 ribu rupiah sekilo naik menjadi 24 ribu rupiah.
Harga bawang merah naik lantaran panen raya yang dilakukan petani sudah berakhir. Bawang merah kini sudah susah didapat. Biasanya pedagang harus menunggu tiga bulan untuk kembali mendapatkan pasokan bawang merah.
Masa tunggu tiga bulan itu mau tak mau diterima, karena petani harus kembali menanam bawang merah dan merawatnya sampai panen. Untuk proses itu biasanya memakan waktu hingga tiga bulan.
Kenaikan harga tertinggi terjadi pada beras. Beras merk Belido yang semula cuma Rp.8.000 per kilo kini dijual Rp.16.000 per kilo. Begitu pula harga daging sapi dan daging ayam.
Daging sapi segar yang biasanya dijual Rp.120.000 sekilo naik menjadi Rp.150.000 sekilo. Sedangkan daging ayam yang sebelumnya Rp.25.000 sekilo naik menjadi Rp.30.000 sekilo.
Harga minyak goreng curah juga mengalami kenaikan. Harganya yang semula Rp.14.000 sekilo naik menjadi Rp.18.000 sekilo.
Tidak semua harga komoditi di Pasar Rakyat Aurduri mengalami kenaikan. Harga beberapa komoditas juga ada yang turun. Misalnya cabai merah dan cabai rawit, yang semula Rp.60.000 sekilo turun menjadi Rp.40.000.
Begitu pula tomat merah, yang awalnya Rp.15.000 sekilo, kini hanya dijual Rp.5.000. Turunnya harga cabai dan tomat ini tidak bisa dipastikan berlangsung lama, mengingat fluktuasi harga yang tidak menentu.
Aktivitas di Pasar Aurduri yang biasanya sangat ramai, beberapa hari terakhir terlihat tidak terlalu ramai. Kurangnya minat pembeli terbukti dengan kondisi pasar yang terlihat lengang dibanding hari-hari biasanya.
Sejumlah lapak pedagang yang biasanya kumuh karena aktivitas jual beli, kini tersusun rapi tanpa penjual. Kondisi ini terjadi sudah beberapa hari. Lorong-lorong tempat pedagang menjajakan dagangannya terasa longgar.
Selisih harga dari puluhan pedagang di pasar rakyat ini dimainkan, namun tetap saja tidak mempan lantaran sepinya pembeli.
Seorang pedagang, Zesika Naibaho, yang sudah bertahun-tahun jualan di Pasar Aurduri, serasa ingin teriak melihat barang dagangannya menumpuk tidak terjual.
“Mau menangis tapi malu sama orang. Sudah dijual murah pun tidak laku,” ungkapnya.
Kegalauan Zesika membuncah lantaran setiap bulan dia harus mengeluarkan uang tidak kurang dari 20 juta rupiah. Uang itu dibutuhkannya untuk membayar kredit kendaraan, biaya kuliah anak, BPJS, angsuran pinjaman bank dan lain-lain.
Zesika mengakui, tidak stabilnya harga sembako ini tidak berlangsung lama. Perubahan harga dominan terjadi pada bawang dan cabai.
“Kalau harga bawang naik, harga cabai pasti turun. Begitu pula sebaliknya. Tapi yang utama tetaplah pembeli. Mau sebagus apapun barang dagangan kita, percuma saja kalau tidak ada pembelinya,” ujar Zesika berseloroh. | DIA