Home / Berita Utama / Nasional

Kamis, 22 Mei 2025 - 07:50 WIB

Jurnalis Harus Tahu Beda Industri Hulu dan Hilir

JAMBIBRO.COM — SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) meningkatkan pemahaman media daerah tentang industri hulu migas, Senin 19 Mei 2025.

Kegiatan yang diadakan di Serpong, Tangerang Selatan ini dihadiri Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro.SKK Migas dan KKKS juga mengajak media daerah mengikuti kegiatan IPA Convex 2025.

Tampil sebagai narasumber pada kegiatan edukasi media itu, antara lain A Rinto Pudyantoro Dosen Universitas Pertamina, Bobby Permana, Senior Policy Analis, Dirjen Migas Kementerian ESDM, Anggit Raksajati PhD Dosen ITB dan Pri Agung Rahmanto Petrominer Institut.

Dalam paparannya, Hudi menyampaikan bahwa tantangan global yang dinamis telah mempengaruhi dinamika industri hulu migas. Pertumbuhan ekonomi dunia dan nasional berdampak pada berapa kebutuhan minyak dan gas dunia.

Baca Juga  Buru 1 Juta Barel, Industri Hulu Migas Butuh Investasi US.$20 Miliar Setahun

Juga berdampak pada geopolitik, seperti perang Rusia – Ukraina, perang di timur tengah, tarif Trump dan lainnya, serta perubahan iklim dan trilemma energi.

“Transisi energi mendorong peningkatan kebutuhan gas dan pengembangan proyek CCS/CCUS. Ini mendorong kedepannya investasi global di sektor migas meningkatkan peluang bagi investasi hulu migas di Indonesia,” kata Hudi.

Hudi menjelaskan, edukasi ini diberikan agar jurnalis di daerah memahami beda bisnis sektor hulu dan hilir, sehingga pemberitaannya lebih tahu isu-isu dan dinamika yang terjadi, yang masuk hulu maupun hilir.

Hudi juga menyampaikan karakteristik industri hulu migas, yaitu membutuhkan modal besar, teknologi tinggi, tenaga kerja terampil dan risiko tinggi, serta cycle bisnis hulu migas yang sangat panjang.

Baca Juga  Pertamina EP Jambi Goes to School Beri Wawasan Zero Net Emission di Hari Bumi

“Misalnya, dalam jangka waktu kontrak 30 tahun. Pada 10 tahun pertama umumnya kegiatan eksplorasi dan plan of development (POD). Sudah keluar biaya-biaya, tapi belum berproduksi,” jelasnya.

Hudi juga menyinggung mengenai production system contract (PSC) cost recovery dan gross split, participating interest (PI) dan dana bagi hasil daerah, program low carbon initiative dan lainnya.

Hudi mengharapkan dengan edukasi ini para jurnalis dapat menerjemahkan hal-hal teknis menjadi bahasa pemberitaan yang mudah dipahami khalayak luas.

Dia juga mengharapkan media menjaga dialog publik tetap berbasis fakta, memberikan pemberitaan seimbang, memberitakan dampak positif hulu migas yang nyata bagi daerah, serta mendukung transformasi industri berkelanjutan.

Baca Juga  Didukung Masyarakat Kasang Kota Karang Produksi PEP Jambi Field Meningkat

Berdasarkan studi kasus dalam buku “Etika Jurnalisme Migas” karya Agus Sudibyo, hal-hal yang harus menjadi perhatian para jurnalis adalah judul yang menghakimi bisa menyesatkan, tidak semua isu kompleks bisa disederhanakan, penting memberi ruang untuk semua pihak, penyampaian kritik memerlukan dasar kuat, dan beberapa isu migas membutuhkan pembahasan mendalam.

“Konteksnya adalah beberapa isu hulu migas tidak bisa diberitakan melalui teks pendek dan liputan cepat. Terkadang butuh waktu untuk penelusuran data, wawancara dan riset mendalam,” ungkap Hudi. | PR

Share :

Baca Juga

Berita Utama

Menuju Universal Coverage, 3.000 Pekerja Rentan Kota Jambi Dapat Jaminan Sosial

Berita Utama

Waspada !!! Penipuan Berkedok Deposit Marak Selama Ramadan dan Lebaran

Berita Utama

Kereeennn… SKK Migas Buka Booth di Ajang IPA Convex 2025

Nasional

Perkuat Pengembangan BPR dan BPRS, OJK Keluarkan Lagi Dua POJK

Berita Utama

Kapolda Jambi Lantik 147 Bintara Baru, Jadi Polisi Kalian Harus Ingat Ini…

Berita Utama

PHR Zona 1 dan Jurnalis Diskusikan Upaya Peningkatan Produksi Migas

Berita Utama

Tokoh Pers Pertanyakan Kriteria Kerja Sama Publikasi di Dinas Kominfo Provinsi Jambi

Berita Utama

Kaesang Serahkan Rekomendasi Dukungan PSI untuk “Duo Setiawan”