JAMBIBRO.COM — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jambi mengadakan kegiatan Forum Ekonomi dan Bisnis (FEB) Jambi Triwulan I 2025, Kamis 6 Maret 2025.
Kegiatan yang diadakan di Ballroom Mahligai 9, Kota Jambi itu mengangkat tema strategi mewujudkan nilai tambah dan kemandirian daerah melalui hilirisasi pangan di Provinsi Jambi.
Forum ini dilaksanakan untuk menyampaikan pesan utama Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKD) periode Januari 2025, serta Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Jambi periode Februari 2025.
Pesan utama disampaikan kepada para pemangku kepentingan, pelaku usaha, dan akademisi. Melalui kegiatan FEB, KPwBI Provinsi Jambi berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jambi dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).
Forum Ekonomi dan Bisnis Jambi menyajikan perkembangan dan prospek ekonomi daerah terkini, serta mendorong diskusi menjaga stabilitas dan transformasi ekonomi di Provinsi Jambi.
Perekonomian Jambi secara keseluruhan pada 2024 tumbuh 4,51% (yoy), sedikit melambat dibanding tahun 2023 yang tumbuh 4,66% (yoy).
Pertumbuhan lebih tinggi tertahan oleh menurunnya produktivitas LU utama di tahun 2024, yaitu LU Pertanian yang terdampak banjir di awal tahun, serta musim trek yang mengganggu produktivitas TBS Kelapa Sawit.
Selain itu, produktivitas LU Pertambangan masih terdampak dari belum optimalnya jalur transportasi batu bara via darat dan sungai, serta harga komoditas yang masih mengalami penurunan dibanding tahun 2023.
Prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada 2025 diperkirakan tetap kuat dengan kisaran 4,05 – 4,85% (yoy), dengan didukung kelanjutan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) seksi 4 Tempino – Ness, dan membaiknya distribusi pengangkutan batu bara, terutama dengan rencana operasionalisasi jalur khusus batu bara seksi Simpang Mandiangin – Pelabuhan Tenam pada Semester 1 2025.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Warsono menyampaikan, Bank Indonesia berkomitmen mendukung program Asta Cita pemerintah dalam mendorong hilirisasi pangan.
Menurut Warsono, peran hilirisasi pangan signifikan dalam meningkatkan nilai tambah sektor pertanian, menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat stabilitas harga dan inflasi.
Sebagai salah satu daerah yang masih mengandalkan sumber daya alam, perekonomian Jambi masih rentan terpengaruh oleh fluktuasi harga komoditas global.
Ketergantungan itu memperkuat urgensi perlunya upaya pengembangan hilirisasi pangan, guna meningkatkan nilai tambah dan kemandirian Jambi mengurangi risiko dari volatilitas harga komoditas.
FEB Jambi menggelar diskusi panel dengan narasumber Prof Dr Ir Hermanto Siregar, Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB yang juga Rektor Perbanas Institute, dan Ketua Bidang V Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).
Narasumber lainnya, David E Sumual, Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk.
Pemaparan materi dan diskusi mencakup kondisi perekonomian global, nasional dan regional Jambi, peran sektor keuangan mendukung pertumbuhan ekonomi, tantangan inefisiensi dan dampak perubahan iklim yang berpotensi mengganggu produksi dan harga pangan, serta strategi pengembangan agroindustri hulu-hilir yang dapat memaksimalkan potensi Jambi.
Selain itu, topik terkait benchmarking hilirisasi pangan dari daerah lain, juga menambah wawasan praktik terbaik yang dapat diimplementasikan di Jambi.
Warsono berharap penyelenggaraan FEB Jambi dapat menjadi katalisator, untuk memperkuat kolaborasi Pentahelix dalam upaya mendorong hilirisasi pangan sebagai strategi utama peningkatan nilai tambah dan kemandirian ekonomi Jambi.
“Sinergi antara pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi dan sektor keuangan diharap menghasilkan rumusan kebijakan lebih komprehensif dan konkret dalam mempercepat implementasi hilirisasi pangan, memperkuat ketahanan pangan, serta menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih inklusif dan berkelanjutan di Provinsi Jambi,” ujar Warsono. | DOD